Tuesday, September 19, 2006

Seburuk-Buruk Manusia

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang sewenang-wenang lagi melampaui batas dan lupa kepada Robb Yang Maha Perkasa lagi Maha Tinggi

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang sombong lagi angkuh dan lupa kepada Robb Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang lalai lagi suka main-main dan lupa kepada kuburan dan kematian

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang membangkang lagi durhaka dan lupa kepada asal mula kejadian dan kesudahannya

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang memalsukan agama untuk kepentingan dunianya

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang memalsukan agama untuk memuaskan keinginan syubhatnya

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang dikendalikan oleh ketamakannya

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang disesatkan oleh hawa nafsunya

Seburuk-buruk manusia ialah orang yang diperbudak oleh ambisinya

Sunday, September 10, 2006

Manajemen Emosi

1. Sadarilah emosi. Berpalinglah bentar dari pertengkaran mulut (mis: pergi keluar) dan perhatikan baik-baik aneka ragam emosional yang sedang dirasakan. Lalu tanyakan: apa yang kurasakan? Malu (karena teman lebih benar/baik), atau takut (ia lebih pandai dan makin lama makin marah), merasa lebih (karena merasa menang beberapa hal dari kawan dan sering ia mengakui)? Atau masih adakah emosi lainnya yang muncul?
2. Akuilah emosi. Perhatikan emosi yang terjadi pada saat itu agar tahu emosi apakah itu. Perkirakan berapa kuat emosi itu.
3. Selidikilah emosi! Bila benar-benar ingin tahu tentang diri sendiri, tanyakan mengapa kemarahan terjadi, bagaimana ia masuk dan dari mana asalnya. Telusurilah jejak asal emosi itu. Mungkin saat ini dapat menyingkap seluruh sangkut pautnya, namun mungkin akan dijumpai semacam rasa rendah diri yang belum pernah diakui keberadaannya.
4. Ungkapkanlah emosi. Apa adanya saja. Tanpa ada interpretasi, tanpa penilaian. Katakan: Ayo berhenti sebentar, merasa terlalu tegang, jangan-jangan akan mengatakan hal-hal yang sebenarnya tidak diinginkan untuk dikatakan. Dalam hal ini penting sekali untuk tidak menuduh atau memberikan penilaian dalam memberitahukan perasaan ini kepada teman. Pasti bukan kawan bicara yang salah, tapi dalam diri sendiri ada sesuatu hal yang kurang beres.
5. Integrasikan emosi. Setelah mendengarkan emosi, setelah menanyakan dan mengungkapkan, sekarang biarkan akal sehat menilai apa yang sebaiknya dilakukan. Katakan misalnya : mari mulai lagi, rupanya tadi terlampau ngotot, hingga tidak dapat mendengarkan dengan baik, ingin mendengar alasanmu lagi, kalo tidak keberatan diakhiri saja perdebatan ini, saat ini mudah tersinggung untuk membicarakan hal yang serius.

Saturday, September 09, 2006

Permata Kehidupan

Cukup pantas rasanya melihat untaian produksi yang begitu panjang menjadikan batu permata sebagai perhiasan yang mahal dan bernilai tinggi dalam sejarah kehidupan manusia. Mulai dari pencariannya di alam terbuka oleh para pendulang, polesan, bakaran, hingga pemilihan motif dan materi pengikat batu mulia oleh para pengrajin hingga pengangkutan dan pemasaran batu-batu itu ke pembeli. Namun, selintas terbersit dalam pikiran; jika demikian sebuah permata bernila tingginya di mata manusia, lalu bagaimana dengan manusia itu sendiri? Si pengolah, penggagas, penikmat, dan tak jarang juga jadi hancurlebur akibat silau dengan keindahan batu-batu permata… adakah manusia mampu berkilau seindah batu permata yang dianggap mulia itu?
Manusia sesungguhnya diperlakukan sama sebagaimana para pengrajin permata memperlakukan bebatuan alam sebagai cikal permata. Bebatuan alam dipoles, digosok, dibakar, digerinda, dan diperlakukan berbagai macam proses dalam pembuatannya untuk menjadi sebuah batu permata yang indah. Sedangkan manusia, dalam kehidupan ini juga diperlakukan sama dalam kehidupannya oleh Sang Pencipta.
Kesulitan, kesenangan, kemudahan, cobaan, kemewahan, kesengsaraan, dan segala macam hal datang silih berganti dalam hidup manusia untuk menguji seberapa besar kualitas yang dimiliki oleh manusia tersebut. Dan rasanya sangat jelas hasilnya, bagaimana sebuah cahaya kehidupan bersinar diantara manusia-manusia yang teruji pada setiap keadaan. Pada pikiran yang terbuka hidup terasa adil pada setiap keadaan. Pada hati yang lapang kesulitan maupun kemudahan terasa tiada bedanya, keduanya sama. Dan pada yang mereka terpilih segalanya sama, damai di setiap kesempatan.
Dan semuanya kembali pada diri manusia itu sendiri sebagai cikal permata kehidupan ini, menjadi permata yang bersinar indah atau justru redup karena keadaan?

Monday, September 04, 2006

Pluto Bukan Planet Lagi

Dalam sidang umum IAU, para astronom sepakat bahwa benda langit dapat disebut sebagai planet jika mengorbit bintang namun bukan sebagai bintang yang memancarkan sinar. Selain itu, ukurannya harus cukup besar sehingga memiliki gravitasi yang membuatnya berbentuk bulat dan memiliki orbit yang jelas berbeda dengan objek langit lainnya.

Pluto secara otomatis tidak memenuhi syarat ini karena orbitnya yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet.

Dengan keputusan yang akan ditetapkan IAU ini, referensi mengenai planet-planet di buku teks maupun ensiklopedia harus direvisi. Tata Surya dengan Matahari sebagai pusatnya akan dideskripsikan dengan delapan planet saja. Sementara benda-benda langit lainnya diklasifikasikan tersendiri.

(sumber: Kompas Cyber Media)

Selayang Pandang

  • Namaku Sony Kisyono
  • Asal Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
  • Lahir di Semarang 21 tahun yang lalu, bocah kecil itu kini sudah tumbuh dewasa. Berbekal ilmu yang didapatnya dari SD Sompok 02, SLTP 2, dan SMA 3 (semuanya di Semarang), sekarang ia merantau mencari ilmu & pengalaman di Bandung atau lebih tepatnya di Kampus Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Profil lengkap

Pesan Kesan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Google Docs & Spreadsheets -- Web word processing and spreadsheets. Edit this page (if you have permission) | Report spam