« Home | Renungan » | Keep Going! » | Sang Maha Tahu » | Semarang menangis.. » | Bukti Kuasa Illahi » | Secuil Kisah dari Pangandaran » | Ke Pangandaran » | Ekspedisi Bandung Selatan » | Hidup Itu Pilihan » | Jogging Membuat Otak Lebih Cerdas »

Kesadaran Learning

Learning bisa kita artikan sebagai serangkaian usaha yang kita lakukan untuk meraih apa yang kita inginkan dengan menggunakan sumberdaya yang sudah ada berdasarkan keadaan-kontekstual kita secara berproses. Merujuk pada arti seperti ini, ada beberapa pemikiran yang bisa kita jadikan sebagai rujukan:
Pertama, kalau kita menginginkan menjadi orang yang selalu termotivasi, maka yang harus kita lakukan adalah selalu memotivasi diri. Tidak bisa menyerahkan tanggung jawab memotivasi diri ini kepada lembaga training. Kita butuh training yang dapat memotivasi kita tetapi kita tidak bisa mengandalkannya.
Motivasi itu bisa diibaratkan seperti mandi. Tidak cukup kita hanya mandi sekali. Setelah mandi kita bersih dan ketika nanti kotor lagi, butuh mandi lagi. Sama juga seperti makan. Pengalaman Peter Davis mengatakan, “Motivasi merupakan makanan bagi otak kita. Tidak cukup kita hanya memberikan makan sekali. Otak kita membutuhkan makan secara terus menerus dan teratur.”
Kedua, memotivasi diri tidak bisa dilakukan dengan hanya memotivasi diri, dibutuhkan sesuatu yang dapat memotivasi kita. Karena itu, ciptakan sesuatu yang hendak anda raih agar anda termotivasi. Sesuatu yang ingin anda raih ini dalam bahasa yang lebih umum disebut tujuan (goal). Kata Charles Schwabb, jika seseorang sudah memiliki tujuan yang jelas, orang itu akan lupa makan paginya.
Kesadaran usaha dan tujuan (mencapai keinginan) adalah dua poin mendasar yang bisa dikiaskan pada hal-hal lain. Training spiritualitas tidak bisa membuat kesalehan anda meningkat. Kalaupun ya, itu hanya sementara. Untuk membuatnya menjadi langgeng, harus ada kesadaran berusaha. Di samping itu, dibutuhkan tujuan hidup yang dinamis. Sulit kita men-sholeh-kan diri dengan hanya men-sholeh-kan. Harus ada tujuan yang hendak kita capai. Dengan begitu, karakter kita terbentuk seiring dengan proses.
Ketiga, perlu disesuaikan materi training dengan keadaan personal / keadaan-kontekstual. Artinya apa? Artinya, menerapkan materi-materi training dalam kehidupan kita setelah kita meninggalkan ruangan training beberapa minggu atau beberapa bulan butuh semacam adaptasi dengan keadaan kita.
Saya ingin memberi contoh, misalnya saja motivasi dan tujuan. Di atas saya singgung bahwa agar kita selalu termotivasi, maka dibutuhkan tujuan hidup atau sasaran. Tapi di sini perlu dicatat bahwa tujuan atau sasaran itu tidak sembarang tujuan. Tujuan yang bisa memotivasi diri kita adalah tujuan yang benar-benar cocok atau klop dengan keadaan personal kita hari ini. Tetap saja perlu penyesuaian-penyesuaian di lapangan. Ada ungkapan yang patut direnungkan. Ungkapan itu mengatakan: “training is general but learning is personal”.
Keempat, perlu ada kesadaran menaati proses. Materi yang disampaikan oleh trainer kepada kita adalah materi yang berbentuk pengetahuan, wawasan, pemikiran, dan sebangsanya. Kemampuan pengetahuan ini dalam menghasilkan prilaku secara langsung, amatlah kecil. Agar bisa menghasilkan prilaku yang kontinyu atau kebiasaan, umumnya harus melewati jalur yang bernama kesadaran berproses (transformasi diri). Kata, Dietrich Bonhoeffer,“Tindakan tidak lahir dari pemikiran tetapi lahir dari kesediaan untuk bertanggung jawab.”
Kelima, menggunakan sumberdaya yang sudah ada. Yang disebut menjalani proses pembelajaran itu adalah ketika kita ingin memperbaiki diri tanpa harus menunggu datangnya keadaan ideal. Atau, menjadikan datangnya keadaan ideal sebagai syarat untuk memperbaiki diri. Saya melihat ini yang kerap menjebak kita. Kita ingin memacu diri tetapi menunggu kalau gaji naik, menunggu kalau lingkungan kerja sudah bagus, dan seterusnya.
Jika kita berpikir semacam itu, masalahnya bukan soal benar atau salah. Masalahnya adalah, kebiasaan menunggu atau menjadikan faktor eksternal sebagai syarat, akan berpotensi membuat proses pembelajaran di dalam diri kita mandek. Dan kalau sudah mandek, setan gampang menggoda kita untuk menikmati kemalasan, menuding ke pihak lain sebagai pembenar atas kemalasan kita, dan seterusnya. Be careful!

Hai...
Artikel loe menarik juga, gue coba deh masukan dari lue.
salam.
Monalissa

Post a Comment

Selayang Pandang

  • Namaku Sony Kisyono
  • Asal Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
  • Lahir di Semarang 21 tahun yang lalu, bocah kecil itu kini sudah tumbuh dewasa. Berbekal ilmu yang didapatnya dari SD Sompok 02, SLTP 2, dan SMA 3 (semuanya di Semarang), sekarang ia merantau mencari ilmu & pengalaman di Bandung atau lebih tepatnya di Kampus Telekomunikasi Sekolah Tinggi Teknologi Telkom
Profil lengkap

Pesan Kesan

Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Google Docs & Spreadsheets -- Web word processing and spreadsheets. Edit this page (if you have permission) | Report spam